TEMPO.CO, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada awal pekan, Senin, 27 September 2021, ditutup melemah di tengah fluktuasi bursa saham Asia.
IHSG melemah 22,32 poin atau 0,36 persen ke posisi 6.122,5. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 4,94 poin atau 0,57 persen ke posisi 861,31.
"Melemahnya IHSG tampaknya terpengaruh sentimen eksternal. Pergerakan pasar saham Asia bergerak fluktuatif, tampaknya terbebani kondisi di Cina saat ini di mana sebelumnya pasar mengkhawatirkan efek domino dari krisis utang Evergrande Group," tulis Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Senin.
JP Morgan memprediksi otoritas Cina mengizinkan pengurangan utang atau deleveraging sektor properti untuk mengurangi moral hazard tetapi yakin mereka akan secara aktif mengelola restrukturisasi dan secara efektif membatasi dampak ke finansial.
Selanjutnya pasar dikejutkan krisis energi di Cina di mana provinsi utara kini dilanda pemadaman listrik. Pasar khawatir ini akan menjadi krisis baru di Cina di mana telah terjadi pemadaman listrik di Provinsi Guangdong, pusat industri, lalu Liaoning, Jilin dan Heilongjiang dan juga akan berdampak dengan pemadaman air. Kelangkaan energi yang terjadi tentunya ini akan mengganggu aktivitas produksi.
Selain itu, sikap pasar cenderung berhati-hati karena lonjakan harga minyak ke level tertinggi dalam tiga tahun yang mengobarkan ketakutan inflasi. Goldman Sachs mengatakan defisit pasokan-permintaan minyak global saat ini lebih besar dari yang diharapkan, dengan pemulihan permintaan global dari dampak varian delta bahkan lebih cepat dari perkiraan.